KOTA MALANG - Kegiatan seminar internasional Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yang diselenggarakan setiap tahun pada Rabu (05/10/2022) merupakan tahun ketiga dengan mengangkat penemuan lingkungan yang berkembang di dunia saat ini yaitu polusi yang berasal dari bahan kimia dan sampah.
Eksploitasi sumber daya perikanan yang berlebihan akan menyebabkan penangkapan ikan yang berlebihan, tetapi di sektor lain yaitu budidaya perikanan menghasilkan potensi besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mata pencaharian. Namun, hal tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang mengkhawatirkan bagi lingkungan berkelanjutan, termasuk pencemaran kimia dan biologi, wabah penyakit, pakan yang tidak berbahaya, dan persaingan untuk ruang pesisir. Untuk mencegah konsekuensi bencana dari laut kita, diperlukan tindakan komprehensif untuk mencapaiekonomi biru .
Jeny Ernawati Tambunan, S.PI., M.Si. Ketua Pelaksana menyampaikan bahwa ICoFMR pada tahun ke-3 mengangkat tema “ Pengelolaan dan Teknologi Perikanan Terpadu untuk Mencapai Ekonomi Biru ” yang dilaksanakan 05 – 06 Oktober 2022. Konferensi ini membahas untuk penelitian, teori, dan perspektif terhadap ilmu serta teknologi yang berkaitan dengan ilmu perikanan dan kelautan. Panitia penyelenggara bekerja sama dengan dewan ilmiah nasional dan internasional, untuk memajukan IPTEK dibidang perikanan dan kelautan untuk mencapai ekonomi biru.
Dalam sambutan Dekan FPIK UB, Prof. Dr. Ir. Maftuch, M.Si menyampaikan bahwa ICoFMR merupakan wadah berkumpulnya akademisi dan praktisi untuk berbagi kegiatan dan kajiannya di bidang Perikanan Budidaya, Perikanan Tangkap, Bioteknologi Perikanan, Ilmu Kelautan, serta Ekonomi Sosial Perikanan dan Kelautan.
Konferensi online ini diadakan untuk menciptakan ruang bagi hasil karya ilmiah terkini di bidang penelitian perikanan dan kelautan untuk mendukung tujuan ekonomi biru .
Bank Dunia mendefinisikan ekonomi biru sebagai “pemanfaatan sumber daya laut yang berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan pelestarian ekosistem laut”. Ini mencakup banyak kegiatan seperti perikanan, energi terbarukan, industri makanan laut yang berkelanjutan, pariwisata, transportasi laut, pengelolaan limbah, dan mitigasi perubahan iklim. Dengan pakar dari seluruh dunia, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ingin memanfaatkan potensi pengelolaan dan teknologi sumber daya perairan dan sampingan untuk masa depan yang lebih baik.
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam pembukaan ICoFMR 2022 menyampaikan bahwa sektor kelautan memiliki peran penting untuk upaya pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ketahanan pangan, namun manfaat yang disediakan laut semakin rusak akibat emisi CO 2yang menyebabkan pengasaman, deoksigenisasi yang mengancam ekosistem laut serta manusia yang terkait. Penangkapan ikan yang berlebihan dan polutan berbasis lahan berdampak buruk terhadap habitat dan masyarakat pesisir.
Perubahan ini memiliki dampak jangka panjang yang memerlukan peningkatan perlindungan laut dan investasi dalam ilmu dan teknologi kelautan, dukungan untuk komunitas nelayan skala kecil serta pengelolaan laut yang berkelanjutan. Presiden Joko Widodo telah menegaskan kembali komitmen tersebut sejak hingga 32, 5 juta hektar wilayah laut nasional pada tahun 2030. Saat ini Indonesia memiliki 28, 4 Ha wilayah laut yang dilindungi ( Marine Protected Area ).
Baca juga:
BEM FPIK Gelar Semnas AEMPIKSI
|
“Bersama ini saya menyampaikan selamat pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yang telah mengadakan International Coference of Fisheries and Marine Research . Dan saya berharap agar semua berkolaborasi dan kompak untuk bekerja untuk membuat yang terbaik untuk negeri kita yang tercinta dan hasil koferensi dapat diimplementasikan”, imbuhnya.
ICoFMR 2022 mengundang empat pembicara utama yang mendukung tema seminar, antara lain: 1) Dr. Marc Verdegem dari Aquaculture Wageningen University, The Netherland , 2) Prof. DAM De Silva dari Fishery Agribusiness Sabaragamuwa University Galle District Southern Province, Sri Lanka , 3) Prof. Rajeev Bhat dari Fishery Product Technology Estonian University of Life Sciences, Estonia dan 4) Prof. Matsuishi Takashi Fritz dari Faculty of Fisheries Sciences Hokkaido University, Jepang .
Kiri: Dr. Marc Verdegem, Tengah: Dr. Dewa Gede Raka Wiadnya, Kanan: Prof. DAM De Silva pada sesi diskusi kegiatan seminar internasional ICoFMR